Langsung ke konten utama

Postingan

Merayakan Ketidaksempurnaan

Di tahun ini, aku ingin menjalani proses menerima diri secara utuh, bahwa aku tidak sempurna, dan tidak akan pernah sempurna, tapi akan aku rayakan sebagaimana adanya. Di tahun ini, aku ingin memiliki lebih banyak waktu bersama diri sendiri. Aku tidak ingin selalu memastikan diri ini baik-baik saja, aku tidak akan menyangkal bahwa terkadang aku butuh meluapkan emosi yang apabila terlalu lama dan banyak yang kupendam, boleh jadi itu justru merusak diri dari dalam. Aku akan belajar berterus-terang dengan diriku sendiri. Aku akan belajar memahami diri, aku tidak akan membatasi diri dalam menjelajahi rasa-rasa dan hal-hal yang belum pernah disentuh sebelumnya. Di tahun ini, aku ingin terus belajar ikhlas dan menerima hal-hal yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya. Apakah itu hal buruk? Apakah itu hal yang kurang menyenangkan? Apakah itu hal yang tidak bisa kugapai? Apakah itu hal yang harus kurelakan? Apakah itu hal yang tidak pernah bisa aku kendalikan? Aku akan belajar menerima semua itu....
Postingan terbaru

Nisbi

Kadang, mungkin juga kerap, tanpa disadari kita lebih suka mendengarkan perkataan orang lain atau bahkan sampai mengikuti standar hidup orang lain hingga hal itu membuat kita merasa tidak nyaman pada pilihan hidup yang kita buat, pada hal-hal yang sejak awal sudah kita pilih untuk dijalani. Padahal, hidup orang lain tidak sama dengan hidup kita, and vice versa. Hidup ini penuh dengan kenisbian. Boleh jadi yang menurut orang lain baik, tapi tidak menurut kita. Dan itu tidak apa-apa. Tidak apa-apa jika apa yang kita lakukan, yang kita bicarakan, yang kita pilih, apapun itu, berbeda dengan orang lain. Bahkan jika hal tersebut sampai menjadikan kita minoritas. Berbeda bukan berarti salah, karena sama pun belum tentu benar. Dalam perjalanan, kita akan selalu menemui persimpangan. Untuk memilih, jelas tidak selalu mudah. Setiap pilihan memiliki resikonya masing-masing. Every choice has consequences, every stop has a reason. Saat memulai di jalur A, lalu bertemu dengan jalan bercabang, ...

Penolakan Itu Wajar

Segitu takutnya kita pada penolakan sehingga kita takut bahwa orang lain akan menyakiti kita, padahal sebenarnya penolakan itu wajar. Bukankah tidak semua hal di dunia ini bisa kita iyakan? Bukankah tidak semua hal di dunia ini bisa kita terima begitu saja? Bukankah tiap orang memiliki hak untuk menolak sesuatu yang kiranya tidak pantas atau tidak baik bagi diri mereka? Kita sering mempermasalahkan penolakan orang lain terhadap diri kita, terhadap apa yang kita lakukan, apa yang kita utarakan. Padahal, diri kita sendiri juga sering melakukan penolakan Seringkali kita tidak terima akan hal itu, tapi saat kita melakukannya, kita memaksa orang lain untuk menerimanya dengan lapang dada. Bukankah ego kita terlalu tinggi? Kita bisa belajar kebijaksanaan apabila kita bisa menempatkan diri kita dalam posisi orang-orang yang kita benci, yang tidak kita sukai, yang kita olok-olok, yang kita rendahkan, dan banyak lagi Tapi bukankah itu hanya omong kosong? Bukankah selama ini kita hanya mementingk...

Mendengar

Di dunia fana ini, bukankah semua orang butuh didengar meskipun bumi hanya hidup sementara dan langit hanya menunggu waktu yang tepat untuk runtuh? Lalu, meski suara kita sudah didengar, mengapa kita tidak mau mendengar? Mengapa lebih suka memotong omongan orang lain atau bahkan pergi saat orang lain belum selesai bicara ketimbang mendengarkan hingga selesai? Apakah membosankan? Tidak menarik mendengar orang lain yang bicara tapi ingin orang lain tertarik saat kita yang bicara? Bukankah ingin dihargai? Lantas, mengapa tidak menghargai?   Banyak pertanyaan, ya? Haha, maaf ya, tapi mungkin dari pertanyaan-pertanyaan di atas, sudah bisa membuat kita semua sadar bahwa mungkin selama ini, kita lebih suka didengar daripada mendengar. Bicara soal mendengar dan didengar, kedua perbuatan itu tidak ada yang buruk, namun yang buruk adalah kita sebagai manusia yang tidak atau mungkin belum bisa memberikan porsi yang seimbang untuk keduanya. Porsi yang seimbang? Maksudnya?   Iya, j...

Mengingat Kegagalan

Adakah manusia yang tidak pernah mengalami kegagalan? Jika ada, maka orang tersebut mungkin menjadi orang yang paling beruntung dari sekian banyak orang beruntung di dunia Mengingat kegagalan? Ya, kegagalan sendiri sebenarnya tidak atau pun perlu dilupakan tergantung keinginan orang yang mengalaminya. Boleh saja melupakan kegagalan, tapi mungkin tidak untuk perjuangan sebelum itu. Boleh juga mengingat kegagalan, justru melakukannya bisa jadi sebuah motivasi, namun bisa jadi tidak bagi sebagian orang Kegagalan mungkin tidak terdengar cukup baik bagi sebagian telinga orang-orang, mungkin mereka lebih suka menyebutnya kesuksesan yang tertunda, belum beruntung, atau mungkin masih banyak lagi ungkapan penggantinya yang terdengar lebih baik Tiba-tiba saja memang, aku menulis ini karena aku ingin berbagi sedikit cerita mengenai beberapa kegagalanku dalam menggeluti dunia Karate—khususnya saat mengikuti banyak kejuaraan. Ambil saja hal yang positif, tapi jika ingin mengambil hal ya...

Melesatlah Seperti Peluru

Assalamu’alaikum, guys Wah, kita bersua lagi nih.. apa kabar? Di kesempatan kali ini, aku mau berbagi tips gimana caranya semangat kita bisa terpacu terus nih buat melakukan hal-hal positif dan menyelesaikan tugas-tugas yang ada. Nah, di sini pasti temen-temen banyak kan yang mungkin masih bingung gimana sih caranya biar semangat terus, biar nggak mageran, biar jadi orang yang produktif, dsb. Kadang udah nyoba buat selalu semangat, tapi kadang juga mood tidak mendukung, akhirnya penginnya rebahan terus deh. Iya kan? Gimana? Mau berubah jadi yang lebih baik nggak? Sebelum aku kasih tipnya nih, kalian udah tau belum sih sebenernya semangat itu sendiri apa? Atau jangan-jangan cuma tau kalau semangat itu... ya semangat. Hahaa, oke, berikut aku kasih tau yaa Menurut aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima (KBBI V) yang merupakan aplikasi luring resmi dari Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, semangat adalah ...

Pernah Nggak Sih Terlintas di Pikiran Kalian Buat Berhenti Nyontek?

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Guysss... Pernah nggak sih terlintas di pikiran kalian buat “ BERHENTI NYONTEK ”? Kalo aku sendiri, pernah... dan itu bener-bener aku lakuin! Let’s check it out! Waktu awal SMP, yaitu semester 1 kelas VII, aku dapet peringkat 2 di kelas. Nah, bayangin gimana senengnya aku dong. Karena selama masih di SD, aku juga selalu dapet peringkat atas, kalo nggak peringkat 1, ya 2. Dan dengan masa-masa awal di SMP aku bisa dapet peringkat 2, itu membuktikan kalo aku bisa beradaptasi cepet sama keadaan. Setelah itu, saat tiba waktunya buat Ujian Akhir Semester 2 yang mana menentukan buat naik kelas atau nggak, tiba-tiba aja aku kepikiran buat “BERHENTI NYONTEK”, padahal selama aku mulai mengenyam pendidikan di SD, dan sampe aku dapet peringkat 2 di semester 1 SMP kelas VII, aku nggak pernah luput dari ngelakuin satu kata itu, nyontek. Emang nggak parah sih, nggak kaya temen-temenku yang lain, misal sampe bawa kertas isinya materi yang udah di...