Di tahun ini, aku ingin menjalani proses menerima diri secara utuh, bahwa aku tidak sempurna, dan tidak akan pernah sempurna, tapi akan aku rayakan sebagaimana adanya. Di tahun ini, aku ingin memiliki lebih banyak waktu bersama diri sendiri. Aku tidak ingin selalu memastikan diri ini baik-baik saja, aku tidak akan menyangkal bahwa terkadang aku butuh meluapkan emosi yang apabila terlalu lama dan banyak yang kupendam, boleh jadi itu justru merusak diri dari dalam. Aku akan belajar berterus-terang dengan diriku sendiri. Aku akan belajar memahami diri, aku tidak akan membatasi diri dalam menjelajahi rasa-rasa dan hal-hal yang belum pernah disentuh sebelumnya. Di tahun ini, aku ingin terus belajar ikhlas dan menerima hal-hal yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya. Apakah itu hal buruk? Apakah itu hal yang kurang menyenangkan? Apakah itu hal yang tidak bisa kugapai? Apakah itu hal yang harus kurelakan? Apakah itu hal yang tidak pernah bisa aku kendalikan? Aku akan belajar menerima semua itu....
Kadang, mungkin juga kerap, tanpa disadari kita lebih suka mendengarkan perkataan orang lain atau bahkan sampai mengikuti standar hidup orang lain hingga hal itu membuat kita merasa tidak nyaman pada pilihan hidup yang kita buat, pada hal-hal yang sejak awal sudah kita pilih untuk dijalani. Padahal, hidup orang lain tidak sama dengan hidup kita, and vice versa. Hidup ini penuh dengan kenisbian. Boleh jadi yang menurut orang lain baik, tapi tidak menurut kita. Dan itu tidak apa-apa. Tidak apa-apa jika apa yang kita lakukan, yang kita bicarakan, yang kita pilih, apapun itu, berbeda dengan orang lain. Bahkan jika hal tersebut sampai menjadikan kita minoritas. Berbeda bukan berarti salah, karena sama pun belum tentu benar. Dalam perjalanan, kita akan selalu menemui persimpangan. Untuk memilih, jelas tidak selalu mudah. Setiap pilihan memiliki resikonya masing-masing. Every choice has consequences, every stop has a reason. Saat memulai di jalur A, lalu bertemu dengan jalan bercabang, ...