Langsung ke konten utama

Mengingat Kegagalan

Adakah manusia yang tidak pernah mengalami kegagalan? Jika ada, maka orang tersebut mungkin menjadi orang yang paling beruntung dari sekian banyak orang beruntung di dunia

Mengingat kegagalan? Ya, kegagalan sendiri sebenarnya tidak atau pun perlu dilupakan tergantung keinginan orang yang mengalaminya. Boleh saja melupakan kegagalan, tapi mungkin tidak untuk perjuangan sebelum itu. Boleh juga mengingat kegagalan, justru melakukannya bisa jadi sebuah motivasi, namun bisa jadi tidak bagi sebagian orang

Kegagalan mungkin tidak terdengar cukup baik bagi sebagian telinga orang-orang, mungkin mereka lebih suka menyebutnya kesuksesan yang tertunda, belum beruntung, atau mungkin masih banyak lagi ungkapan penggantinya yang terdengar lebih baik

Tiba-tiba saja memang, aku menulis ini karena aku ingin berbagi sedikit cerita mengenai beberapa kegagalanku dalam menggeluti dunia Karate—khususnya saat mengikuti banyak kejuaraan. Ambil saja hal yang positif, tapi jika ingin mengambil hal yang negatif pun aku tidak bisa melarang, itu hak kalian

Mengenal Karate sejak duduk di bangku SMP melalui ekstrakurikuler, hal yang biasa. Tapi aneh rasanya apabila sudah terjun kedalamnya dan berhenti begitu saja ketika sudah lulus SMP hanya karena itu sebuah ekstrakurikuler, seperti kebanyakan ekstrakurikuler lainnya di sekolah yang apabila kita lulus dari sekolah tersebut, luluslah juga kita dari ekstrakurikuler tersebut. Maka itu aku masih berlanjut hingga sekarang, tetapi aktif hanya sampai pertengahan SMA, sisanya? Pasif, sangat pasif

Berteman dengan seragam, sabuk, gum shield, face shield, sarung tangan, pelindung kaki, body shield, matras, tribun, dan yang lainnya. Teman-teman yang rasanya sudah sangat lama tidak aku jumpai. Rindu, sangat rindu. Aku pernah naik podium pertama karena mengalahkan lawan di atas matras. Lalu pernah pulang dengan kecewa karena dikalahkan lawan di atas matras pula

Kegagalan dimulai saat aku hampir menginjak bangku SMA. Semua terasa tak terkendali, latihan selalu terasa kurang dan kurang, menjaga fisik pun kadang terasa berat akibat banyaknya kegiatan yang aku ikuti tetapi menjaga diri sendiri tidak bisa. Sangat jarang merasa maksimal. Bahkan mungkin tidak pernah sama sekali

Tidak menang saat mengikuti kejuaraan-kejuaraan yang hanya tingkat kota, kadang terasa memalukan. Sering bertanya-tanya apakah aku bisa disebut sebagai seorang atlet? Jarang naik podium, tidak giat latihan seperti atlet lain, dan kadang merasa aku tidak benar-benar serius terjun di dunia Karate. Aku hanya bisa tersenyum atas semua kenyataan dan pikiran-pikiranku tersebut

Hingga saat menulis ini pun ternyata aku bertanya-tanya, apa yang bisa dibanggakan dari seorang Via jika menyangkut Karate? Entahlah. Tapi satu yang aku yakini adalah apapun yang menurut kita buruk, belum tentu itu buruk menurut Allah, juga sebaliknya. Jika kita gagal hari ini, besok coba lagi. Jika belum maksimal, terus berusaha. Jika kartu kesempatan habis, masih ada kartu dana umum, wkwk ga deng, bercanda

Banyak orang bilang kita harus hidup sesuai passion, sesuai apa yang ingin kita lakukan, sesuai apa yang kita cintai, dan sesuai-sesuai yang lain. Tapi tidak sedikit pula yang bilang bahwa kita harus mencintai apa yang kita kerjakan meski itu bukan passion kita, hidup harus terus berjalan meski kita tidak dapat melakukan semua hal yang kita ingin lakukan, dan masih banyak lagi perkataan orang-orang yang yaa.. sebenarnya tidak ada salahnya. Mereka semua benar atas hidup mereka sendiri, mereka menjalani apa yang menurut mereka pantas untuk dijalani. Tidak ada yang salah karena perspektif di dunia ini banyak sekali

Banyak orang bilang kegagalan itu wajar, yang tidak wajar adalah kita tidak mau bangkit setelah kegagalan. Larut dalam kekecewaan dan penyesalan, tidak akan membuat kita maju dan berkembang menjadi lebih baik. Bukankah begitu?

Banyak orang bilang pula, percaya saja pada semesta. Semesta selalu bekerja selaras dengan apa yang manusia lakukan. Jika manusia mau berusaha, semesta akan membantu. Namun jika tidak, artinya hasilnya pun tidak

Jadi tidak apa-apa kalau gagal, coba lagi ya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mendengar

Di dunia fana ini, bukankah semua orang butuh didengar meskipun bumi hanya hidup sementara dan langit hanya menunggu waktu yang tepat untuk runtuh? Lalu, meski suara kita sudah didengar, mengapa kita tidak mau mendengar? Mengapa lebih suka memotong omongan orang lain atau bahkan pergi saat orang lain belum selesai bicara ketimbang mendengarkan hingga selesai? Apakah membosankan? Tidak menarik mendengar orang lain yang bicara tapi ingin orang lain tertarik saat kita yang bicara? Bukankah ingin dihargai? Lantas, mengapa tidak menghargai?   Banyak pertanyaan, ya? Haha, maaf ya, tapi mungkin dari pertanyaan-pertanyaan di atas, sudah bisa membuat kita semua sadar bahwa mungkin selama ini, kita lebih suka didengar daripada mendengar. Bicara soal mendengar dan didengar, kedua perbuatan itu tidak ada yang buruk, namun yang buruk adalah kita sebagai manusia yang tidak atau mungkin belum bisa memberikan porsi yang seimbang untuk keduanya. Porsi yang seimbang? Maksudnya?   Iya, j...

Hujan Renjana

Hujan Renjana Hari ini hujan turun. Membasuh jiwa-jiwa penuh luka. Menepikan rasa sakit hati. Memberikan ketenteraman yang tak pernah ada sebelumnya. Hari ini hujan turun. Menenangkan hati-hati yang gelisah. Menurunkan rindu yang terpaku di langit. Melayangkan pesan-pesan kebahagiaan. Hari ini hujan turun. Bukan hujan biasa, jika kau tahu. Hari ini hujan renjana. Dan renjana itu jatuh tepat pada dirimu. Yang akan membuatmu patah, :) Iya, hari ini juga hujan. Aku tahu kau yang mengirim pesan itu kepadaku beberapa tahun yang lalu melalui surat yang dikirim Pak Pos. Aku tahu itu dirimu. Bagaimana bisa? Bisa saja. Entah mengapa aku selalu suka saat kau berbicara melalui tulisan kepadaku. Dan aku lebih suka saat itu dalam bentuk surat dengan tulisan tanganmu sendiri. Karena sejak dulu aku berpikir bahwa kita mempunyai kesamaan dalam hal hobi dan sikap. Dengan hobi suka menulis dan sikap yang tidak terlalu suka banyak bicara, itu sangat kontras. Kau menyukai tul...

Pernah Nggak Sih Terlintas di Pikiran Kalian Buat Berhenti Nyontek?

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Guysss... Pernah nggak sih terlintas di pikiran kalian buat “ BERHENTI NYONTEK ”? Kalo aku sendiri, pernah... dan itu bener-bener aku lakuin! Let’s check it out! Waktu awal SMP, yaitu semester 1 kelas VII, aku dapet peringkat 2 di kelas. Nah, bayangin gimana senengnya aku dong. Karena selama masih di SD, aku juga selalu dapet peringkat atas, kalo nggak peringkat 1, ya 2. Dan dengan masa-masa awal di SMP aku bisa dapet peringkat 2, itu membuktikan kalo aku bisa beradaptasi cepet sama keadaan. Setelah itu, saat tiba waktunya buat Ujian Akhir Semester 2 yang mana menentukan buat naik kelas atau nggak, tiba-tiba aja aku kepikiran buat “BERHENTI NYONTEK”, padahal selama aku mulai mengenyam pendidikan di SD, dan sampe aku dapet peringkat 2 di semester 1 SMP kelas VII, aku nggak pernah luput dari ngelakuin satu kata itu, nyontek. Emang nggak parah sih, nggak kaya temen-temenku yang lain, misal sampe bawa kertas isinya materi yang udah di...