Hujan Renjana
Hari ini hujan turun. Membasuh jiwa-jiwa penuh luka. Menepikan rasa sakit hati. Memberikan ketenteraman yang tak pernah ada sebelumnya.
Hari ini hujan turun. Menenangkan hati-hati yang gelisah. Menurunkan rindu yang terpaku di langit. Melayangkan pesan-pesan kebahagiaan.
Hari ini hujan turun. Bukan hujan biasa, jika kau tahu. Hari ini hujan renjana. Dan renjana itu jatuh tepat pada dirimu.
Yang akan membuatmu patah,
:)
Iya, hari ini juga hujan. Aku tahu kau yang mengirim pesan itu kepadaku beberapa tahun yang lalu melalui surat yang dikirim Pak Pos. Aku tahu itu dirimu. Bagaimana bisa? Bisa saja.
Entah mengapa aku selalu suka saat kau berbicara melalui tulisan kepadaku. Dan aku lebih suka saat itu dalam bentuk surat dengan tulisan tanganmu sendiri. Karena sejak dulu aku berpikir bahwa kita mempunyai kesamaan dalam hal hobi dan sikap. Dengan hobi suka menulis dan sikap yang tidak terlalu suka banyak bicara, itu sangat kontras. Kau menyukai tulisan-tulisanku saat pertama kali kita bertemu dan saling menyapa. Berdiskusi dan bertukar pikiran. Aku pun begitu. Aku menyukai semua tulisan-tulisanmu. Bahkan tulisan yang kau buat dengan iseng atau sedang tidak mood sekalipun.
Mulai saat itu aku juga berpikir bahwa kita akan selalu sejalan. Menghabiskan waktu bersama di kedai kopi saat turun hujan. Berbincang mengenai hal-hal yang menyenangkan. Bertukar tulisan dan saling mengoreksi. Menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol dalam sebuah permainan yang kita buat sendiri. Betapa menyenangkan saat-saat seperti itu, dulu.
Entah mengapa seiring berubahnya waktu yang terus maju, kau juga ikut berubah dan beringsut mundur menjauhiku. Tatapan matamu tidak lagi teduh. Bicaramu tidak lagi menghangatkan. Langkah kaki kita tidak lagi seiring sejalan. Dan itu tadi, pesan terakhir darimu sebelum kau benar-benar menghilang.
Yah, aku memang tidak bisa menebak apa isi hati dan pikiranmu saat itu. Tapi biarlah. Toh, mungkin kau memang benar-benar ingin sendiri dengan tulisan-tulisanmu. Kau tidak memerlukan aku lagi sebagai teman bertukar tulisan. Dan aku, mungkin tidak memerlukanmu lagi untuk menemani menyeduh kopi di hari yang dingin.
Karena sebentar lagi tahun berganti, jadi aku tidak mau berlarut-larut mengekang kebahagiaan diri. Biar saja aku tertawa dengan caraku sendiri.
Komentar
Posting Komentar