Langsung ke konten utama

Giving A Hug!

Terkadang, saat seseorang sedang dalam keadaan sedih, kecewa, atau bahkan hampir putus asa akan suatu hal dan membuatnya stress, orang tersebut hanya butuh didampingi, diberi pelukan hangat, dan juga diberi semangat.
Bukan malah dimarahi, tambah disalahkan, atau bahkan dijauhi.

Terkadang, saat seseorang sedang dalam keadaan benar-benar desperate, bahkan hampir tidak memiliki motivasi untuk hidup. Orang tersebut hanya butuh telinga untuk mendengarkan keluh kesah serta amarah, yang barangkali selama ini kerap ia pendam sendiri.
Lagi-lagi, bukan malah dimarahi, disalahkan, juga dijauhi.

Orang-orang tersebut butuh dukungan mental. Bukankah kalian juga begitu saat sedang sedih, kecewa, atau bahkan saat sedang sangat putus asa? Mental health is important, very important. Buat apa kalau sehat secara fisik namun punya mental illness? Begitu juga sebaliknya.

Jangan mudah menjudge orang lain karena mereka mudah murung atas suatu hal. Jangan pernah menganggap sesuatu hal yang menyedihkan dan mengecewakan bagi orang lain adalah suatu hal sepele dan alay menurut kita. Karena kita tidak pernah tahu beban hidup apa yang begitu berat yang ditanggung oleh orang lain. Kita tidak pernah tahu masalah apa yang sedang coba dilalui oleh orang lain. Kita tidak pernah tahu seberapa pelik kehidupan orang lain. Tidak pernah.

Jangan sepelekan mental illness. Jangan apatis terhadap orang-orang disekitar kita yang membutuhkan dorongan mental. Jangan menyepelekan. Jangan ragu berbuat baik. Misal, dengan hanya memberi pelukan atau sandaran serta menyediakan telinga untuk mendengar keluh kesah kepada orang yang membutuhkan saat mereka dilanda banyak masalah adalah hal kecil yang berdampak besar kepada orang-orang tersebut.

Tetaplah sehat. Jangan banyak pikiran. Jangan ambil hati. Judge or bully people who have a mental illness is not cool.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mendengar

Di dunia fana ini, bukankah semua orang butuh didengar meskipun bumi hanya hidup sementara dan langit hanya menunggu waktu yang tepat untuk runtuh? Lalu, meski suara kita sudah didengar, mengapa kita tidak mau mendengar? Mengapa lebih suka memotong omongan orang lain atau bahkan pergi saat orang lain belum selesai bicara ketimbang mendengarkan hingga selesai? Apakah membosankan? Tidak menarik mendengar orang lain yang bicara tapi ingin orang lain tertarik saat kita yang bicara? Bukankah ingin dihargai? Lantas, mengapa tidak menghargai?   Banyak pertanyaan, ya? Haha, maaf ya, tapi mungkin dari pertanyaan-pertanyaan di atas, sudah bisa membuat kita semua sadar bahwa mungkin selama ini, kita lebih suka didengar daripada mendengar. Bicara soal mendengar dan didengar, kedua perbuatan itu tidak ada yang buruk, namun yang buruk adalah kita sebagai manusia yang tidak atau mungkin belum bisa memberikan porsi yang seimbang untuk keduanya. Porsi yang seimbang? Maksudnya?   Iya, j...

Hujan Renjana

Hujan Renjana Hari ini hujan turun. Membasuh jiwa-jiwa penuh luka. Menepikan rasa sakit hati. Memberikan ketenteraman yang tak pernah ada sebelumnya. Hari ini hujan turun. Menenangkan hati-hati yang gelisah. Menurunkan rindu yang terpaku di langit. Melayangkan pesan-pesan kebahagiaan. Hari ini hujan turun. Bukan hujan biasa, jika kau tahu. Hari ini hujan renjana. Dan renjana itu jatuh tepat pada dirimu. Yang akan membuatmu patah, :) Iya, hari ini juga hujan. Aku tahu kau yang mengirim pesan itu kepadaku beberapa tahun yang lalu melalui surat yang dikirim Pak Pos. Aku tahu itu dirimu. Bagaimana bisa? Bisa saja. Entah mengapa aku selalu suka saat kau berbicara melalui tulisan kepadaku. Dan aku lebih suka saat itu dalam bentuk surat dengan tulisan tanganmu sendiri. Karena sejak dulu aku berpikir bahwa kita mempunyai kesamaan dalam hal hobi dan sikap. Dengan hobi suka menulis dan sikap yang tidak terlalu suka banyak bicara, itu sangat kontras. Kau menyukai tul...

Pernah Nggak Sih Terlintas di Pikiran Kalian Buat Berhenti Nyontek?

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Guysss... Pernah nggak sih terlintas di pikiran kalian buat “ BERHENTI NYONTEK ”? Kalo aku sendiri, pernah... dan itu bener-bener aku lakuin! Let’s check it out! Waktu awal SMP, yaitu semester 1 kelas VII, aku dapet peringkat 2 di kelas. Nah, bayangin gimana senengnya aku dong. Karena selama masih di SD, aku juga selalu dapet peringkat atas, kalo nggak peringkat 1, ya 2. Dan dengan masa-masa awal di SMP aku bisa dapet peringkat 2, itu membuktikan kalo aku bisa beradaptasi cepet sama keadaan. Setelah itu, saat tiba waktunya buat Ujian Akhir Semester 2 yang mana menentukan buat naik kelas atau nggak, tiba-tiba aja aku kepikiran buat “BERHENTI NYONTEK”, padahal selama aku mulai mengenyam pendidikan di SD, dan sampe aku dapet peringkat 2 di semester 1 SMP kelas VII, aku nggak pernah luput dari ngelakuin satu kata itu, nyontek. Emang nggak parah sih, nggak kaya temen-temenku yang lain, misal sampe bawa kertas isinya materi yang udah di...